Kampung Gedong yang terletak di Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. |
Di sudut tertentu, kelenteng dengan warna merah menyolok perhatian. Para lelaki tua bermata sipit duduk santai di teras rumah. Dengan ramah, mereka mempersilakan wisatawan yang penasaran dengan rumah-rumah antik mereka, untuk masuk ke dalam.
Di salah satu rumah, baru masuk, altar pemujaan sudah menyapa. Di ruang tamu, kursi-kursi kayu dipatok ke dinding bagian atas, hampir menyentuh langit-langit. Semakin membuat para wisatawan bertanya-tanya, apa maksud kursi-kursi itu diletakkan di atas.
“Itu kursi dari leluhur saya. Sudah ada sejak lama. Ditaruh di sana sebagai kenang-kenangan,” tutur Tjhang Ako, kepada Kompas.com, Kamis (3/5/2012).
Ia sendiri tak yakin tepatnya usia kursi itu. Namun ia memprediksi usia rumahnya sendiri sudah lebih dari 100 tahun. Beberapa orang memperkirakan rumah-rumah itu lebih dari satu abad. Sebab, Kampung Gedong diyakini sebagai Pecinan paling awal di Bangka.
Ya, rumah-rumah antik itu berada di Kampung Gedong yang terletak di Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provisi Kepulauan Bangka Belitung. Penduduk yang menghuni kampung ini adalah keturunan dari orang-orang China daratan yang datang pertama kali ke Bangka. Tepatnya berasal dari Provinsi Guangdong.
Ada tujuh rumah yang masih mempertahankan keasliannya sejak pertama kali dibangun. Menurut Ako, rumahnya adalah salah satu yang bertahan dibangun tanpa menggunakan paku. Rumah dibangun dengan pasak.
“Rumah lain sudah modern, sudah pake paku,” ungkapnya.
Mereka merupakan keturunan Tionghoa Hakka. Mulanya, mereka datang ke Bangka di abad ke-18 sebagai pekerja tambang timah. Pulau Bangka maupun Pulau Belitung sejak lama sudah dikenal sebagai pulau timah.
Sementara pekerja tambang dari Guangdong terkenal keahliannya dalam urusan menambang. Kolonial Belanda pun mendatangkan mereka para suku Tionghoa Hakka dari Guangdong untuk bekerja di pertambangan timah.
Namun, ada pula versi lain. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparbudpora) Kota Pangkal Pinang, Akhmad Elvian, yang juga seorang ahli sejarah, Tionghoa Hakka sudah memiliki lahan sendiri untuk menambang timah di masa Kesultanan Palembang.
Jadi, para penambang timah dari Guangdong ini sudah ada sejak Kesultanan Palembang. Versi lain menyebutkan mereka awalnya datang ke Singkawang, Kalimantan Barat. Sebelum akhirnya pergi ke Bangka.
Selepas masa kejayaan timah di bumi Bangka, para penduduk Kampung Gedong banyak yang berusaha kerupuk kemplang. Nah, kerupuk kemplang buatan warga Kampung Gedong memang menjadi wisata belanja wajib saat bertandang ke desa ini.
Konon, kerupuk kemplang terenak di Pulau Bangka adanya di Kampung Gedong. Salah satu pembuat kerupuk kemplang adalah Liong Jung Kwe (76). Ia sudah membuat dan menjual kerupuk selama 40 tahun lebih.
“Sejak saya masih gadis,” tuturnya sambil tertawa.
Ada kerupuk udang, cumi, dan ikan. Harga per plastik hanya Rp 20.000. Rumah Liong, tempat penjualan kerupuk ada di bagian dalam kampung. Sangat mudah menemukan rumahnya. Sebab, di luar rumah merupakan tempat menjemur kerupuk.
Jika tak mau repot membawa kerupuk yang sudah jadi dan memakan tempat banyak, beli saja yang masih mentah. Kerupuk mentah cukup dipanaskan dalam oven (microwave), lalu cocol di sambal terasi khas Bangka yang terkenal enak itu.
Tanpa listrik
Sebelum masuk Kampung Gedong, sebuah plang tertulis "Selamat Datang di Desa Wisata, Desa Gedong, Kec. Belinyu". Memang, sejak tahun 2000, Kampung Gedong ditetapkan sebagai desa wisata.
Ironisnya, Kampung Gedong adalah desa wisata tanpa listrik. Penduduk setempat mengandalkan genset. Tak hanya tak ada listrik dari PLN, tetapi jalanan dari jalan raya menuju lokasi kampung tak beraspal. Begitu pula jalanan di dalam kampung yang merupakan jalan dari tanah.
"Sudah dari 10 tahun lalu, katanya listrik mau masuk," kata Tjang Ako.
Hal ini ironis, mengingat di masa kolonial Belanda, Belinyu merupakan tempat pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara. Untuk memenuhi kebutuhan tambang timah, di awal abad ke-18, Belanda membangun PLTU Mantang di Belinyu. Saat ini, Belinyu malah menjadi salah satu daerah yang kesulitan pasokan listrik.
Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Imam Mardi Nugroho saat dihubungiKompas.com via telepon, mengakui bahwa listrik memang menjadi kendala di Provinsi Bangka Belitung. Menurutnya, masih banyak daerah yang belum terjangkau PLN. Sehingga, lanjutnya, beberapa daerah mengandalkan genset.
"Baru 66 persen daerah di Bangka yang mendapatkan pasokan listrik," kata Imam.
Ia menuturkan sebagian masyarakat di Bangka yang belum teraliri listrik dari PLN akhirnya menggunakan genset. Pemerintah setempat pun tengah mengembangkan listrik dengan tenaga alternatif seperti air dan angin. Saat ini, lanjutnya, tengah dilakukan pembangunan PLTU untuk memasok listrik di Bangka Belitung. (Kompas)
Post a Comment